GenPI.co - Orang tua diimbau untuk membantu anak laki-laki remaja melatih pengaturan emosi dan kerentanan.
Hal itu sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan mental di era digital.
Peringatan ini muncul di tengah kekhawatiran meningkatnya paparan terhadap konten negatif di media sosial.
BACA JUGA: Indonesia Tunjukkan Identitas Budaya Lewat FFWS Global Finals 2025
Algoritma platform daring dinilai makin sering menampilkan materi yang bersifat ekstrem.
Misalnya, budaya maskulinitas toksik, standar gender yang tidak realistis, dan konten yang bersifat menyedihkan.
BACA JUGA: Indonesia Menari 2025 Ciptakan Panggung Persatuan, Kekuatan Budaya dalam Gerakan
Menurut psikolog anak dan remaja Breanna Jayne Sada, rasa ingin tahu memang hal yang wajar bagi anak-anak.
Namun, sistem algoritma media sosial sering kali memanfaatkan rasa ingin tahu tersebut untuk menampilkan konten ekstrem.
BACA JUGA: Korea Selatan Rancang Ulang Peta Ekonomi, Ekspor Budaya Digenjot
"Khususnya anak laki-laki, mungkin tidak mencari konten semacam ini, tetapi konten tersebut disajikan secara terus-menerus kepada mereka," ujarnya, dilansir Australian Associated Press, Rabu (29/10).
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News


















































