
GenPI.co - Boleh kalah apa saja, jangan kalah dalam menjalankan kebenaran.
"Itu pesan ayah saya," ujar penumpang pesawat yang duduk di sebelah saya, Senin pagi lalu.
Ternyata saya sudah mengenalnya. Lama. Tapi baru kali ini bertemu –secara kebetulan pula. Ia adalah pengacara. Aktivis sosial. Wakil ketua umum Ikatan Advokat Indonesia –Ikadin. Namanya: Zaenal Marzuki.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Catatan Jagung
Saya pernah berbicara lewat telepon dengan Zaenal. Yakni ketika akan menulis kemelut gereja Bethany yang tak sudah-sudah itu. Alex adalah pendeta, pendiri, dan pemimpin besar Bethany: Pendeta Alex Abraham. Sangat legendaris.
Pendeta Alex tahu Zaenal adalah aktivis Islam. Dari Jember. Seorang sahabat merekomendasi agar Alex pakai Zaenal. "Saya sudah dibela banyak pengacara teman gereja sendiri. Hasilnya semakin buruk," ujar Alex saat itu.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Gajah Banteng
Alex, Anda masih ingat, menjadi tersangka empat kali. Pengadunya: anaknya sendiri –atau proxi anaknya. Sebelum itu pun Alex sudah menghadapi perkara-perkara perdata. Kalah pula.
Kali pertama menggunakan jasa Zaenal adalah ketika Pendeta Alex jadi tersangka pencurian perhiasan istrinya sendiri. Satu dari beberapa boks berliannyi hilang.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Bisikan Prabowo
Padahal awalnya justru Pendeta Alex yang melapor ke polisi: istrinya kehilangan berlian satu boks.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News