GenPI.co - Anak-anak yang aktif online mudah percaya pada berita palsu atau konten kecerdasan buatan (AI).
Laporan badan amal keamanan daring Internet Matters menunjukkan bahwa tiga dari 10 anak (27%) pernah menjadi korban berita palsu.
Temuan ini menekankan pentingnya membekali anak-anak dengan keterampilan berpikir kritis agar aman saat online.
BACA JUGA: AMD Ryzen AI Masuk Pasar Indonesia, Siap Dukung Produktivitas dan Kreativitas Digital
Perwakilan dari Internet Matters Rachel Huggins menyoroti perlunya kolaborasi pemerintah, platform media sosial, sektor berita, dan sekolah untuk mendukung keluarga.
"Langkah ini penting agar anak-anak bisa tumbuh menjadi warga negara yang terinformasi, bahagia, dan aktif," ujarnya, dilansir PA Media, Jumat (24/10).
BACA JUGA: 4 Alasan Putus Cinta Lebih Menyakitkan di Era Digital, Bikin Susah Move On
Risiko ini lebih tinggi pada anak-anak yang dianggap rentan.
Mereka yang berhak atas dukungan pendidikan khusus (SEN), memiliki rencana pendidikan, kesehatan, dan perawatan (EHCP), serta memiliki kondisi kesehatan fisik atau mental.
BACA JUGA: Berkarya di Era Digital, Samsung Galaxy A17 Jadi Partner Andalan Kreator Muda
Sekitar 43% anak yang rentan lebih percaya pada berita palsu atau konten AI dibandingkan 23% anak yang tidak rentan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News


















































