
GenPI.co - Terlalu pagi. Pukul 05.00 saya sudah dijemput. Untuk pergi ke Iqra' --di bagian selatan kota Perth, Australia Barat.
Masih gelap. Subuhnya baru pukul 06.15. Udara dingin. Tujuh derajat celsius --terasa lima derajat lebih dingin oleh angin yang sumilir.
Betapa enaknya kalau tetap meringkuk dalam selimut tebal. Apalagi malam itu baru pukul 23.30 meninggalkan stadion --pesta kemenangan yang berkepanjangan. Apalagi lampu stadionnya tetap dibiarkan terus menyala seperti ikut merayakan kemenagan Persebaya 2-0.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Jadi Tersangka
"Terlalu pagi?" ujar penjemput saya itu seperti mengira akan saya salahkan.
Tidak. Saya sudah bangun satu jam sebelumnya. Orang setua saya sulit untuk bangun kendia. Bahkan itu berkah.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Karam Darat
Saya bisa ngobrol dengan si penjemput --yang ternyata anak kenalan saya. Juga kenalan lama semua pembaca Jawa Pos: Dr Tri Susanto. Dosen Universitas Brawijaya, Malang, yang viral luar biasa --meski belum ada istilah viral kala itu.
Nama Dr Tri jadi buah bibir akibat heboh hasil penelitiannya: makanan apa saja yang mengandung babi.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Lasik Smile
Nama si penjemput: Ario Susanto. Ia arsitek digital. Cabang ilmu baru.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News